Waktunya Kita Menghargai Ruang Publik
Jakarta, CNN Indonesia — Aturan dibikin untuk menjaga ketertiban atau adakalanya bisa jadi sebaliknya, ketika hati tak ingin menerima aturan kebaikan. Baik di wilayah publik atau pun di wilayah sekitar lingkungan terdekat.
Semisal meludah sembarangan di ruang publik atau membuang puntung rokok, di sembarang tempat. Padahal, selain membuang puntung rokok sembarangan itu melanggar aturan soal kebersihan lingkungan, merokok juga merusak kesehatan. Tapi apa daya, iklan rokok masih merajai media.
Atau membuang kertas tisu ke jalan raya dari kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Atau memaksa merokok di ruang publik secara diam-diam, meski ada peringatan “Dilarang Merokok.”
Hal itu pernah saya saksikan dengan mata saya sendiri. Entah bagaimana caranya orang itu melipat tangannya ke belakang badan, dengan rokok masih menyala. Saya menatap tajam orang itu dengan hitungan detik, akan segera saya laporkan kepada petugas.
Tak berapa detik kemudian, orang itu salah tingkah lalu segera mematikan rokoknya. Itupun dengan tak punya malu, masih sempat tersenyum orang itu kepada saya, entah apa di balik makna senyum itu. Saya menatapnya dan segera melupakan orang itu.
Kontrol pada hak-hak pribadi di ruang publik menjadi kewajiban bersama. Sudah waktunya tertib diri tidak melanggar kepentingan umum, bersama, di ruang-ruang publik juga di rumah tentunya.
Rumah, merupakan bangunan peradaban tempat belajar tertib diri tak saling melanggar hak dan kewajiban bersama sebagaimana mestinya. Berjalan secara alami penuh cinta dan kasih sayang.
Di rumah tempat awal belajar jujur pada diri. Selalu mengatakan kebenaran senantiasa.
Di rumah sesungguhnya tempat belajar anti kebohongan, bersama, dalam spirit bentangan keterbukaan seluas-luasnya. Di antara teknologi dan pendidikan terus berkembang di mesin modernisme.
Tentu dengan tetap tak melupakan unsur-unsur tradisi dalam tata krama hidup Indonesia kita, di antara kultur kebaikan dari sejarah nenek moyang, kaya ilmu pengetahuan dan moral positif.
Penangkal korosi mental negatif. Sebab hidup bernafas dan bertujuan dalam pilihan-pilihan baik dan benar bersama keluarga di rumah, demi hidup bersama di masyarakat.
Sebab keluarga adalah sebuah negara, sebab negara adalah sebuah keluarga. Itu sebabnya wajib saling menghargai sesama dalam bernegara dan berbangsa menjadi kewajiban melekat bersama ruh di badan.
Itu sebabnya pula pejabat negara di sumpah atas nama agama dan ketentuan undang-undang dasar negara, menjalankan tugas dan kewajiban benar dan baik untuk kepentingan negara dan bangsa.
Jadi? Tentu dilarang korupsi. Jadi? Tentu dilarang melakukan manipulasi dalam bentuk apapun. Salam anti korupsi hingga hayat dikandung badan sirna. Salam Bahagia Keluarga Indonesia. (Deddy Sinaga/Deddy Sinaga)
Sumber:https://student.cnnindonesia.com/inspirasi/20171019165135-454-249542/waktunya-kita-menghargai-ruang-publik/