Silicon Valley

 

Google, Apple dan perusahaan raksasa teknologi lain menyatakan kecewa atas keputusan Presiden Donald Trump mengenai imigrasi yang melarang warga dari tujuh negara yang mayoritas penduduknya Muslim, memasuki Amerika.

Berita mengenai keputusan Trump itu membayangi TechWadi, pameran teknologi tahunan akhir pekan lalu di San Francisco. Pameran itu berfokus pada kewirausahaan dan investasi di Timur Tengah selama 10 tahun terakhir.

Deena Shakir, manajer Google dan moderator acara, mengatakan, di Silicon Valley, “tidak penting Anda berasal dari mana. Yang penting, apa yang akan Anda buat. Kami berdiri di sini hari ini bersatu dengan saudara-saudara kami di seluruh dunia. TechWadi akan membantu semampu kami.”

Pernyataan itu senada kritik yang disampaikan CEO Google, Sundar Pichai, Jumat malam (27/1) atas keputusan presiden melarang masuk selama 90 hari warga Suriah, Irak, Iran, Sudan, Somalia, Yaman dan Libya. Ia mengatakan, keputusan itu berimbas pada 187 karyawan. Belum jelas apakah ada karyawan Google yang ditahan atau dilarang naik pesawat ke Amerika.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengecam keputusan itu.

“Kita seharusnya juga membuka pintu bagi pengungsi dan orang yang membutuhkan bantuan,” katanya dalam pernyataan tertulis. “Itulah Amerika.”

Di TechWadi, Dave McClure, salah satu pendiri 500 Startups, berharap keputusan Trump akan berdampak pada portofolio perusahaannya. Komentarnya disambut tepuk tangan. Tetapi tidak semua dalam acara itu berpandangan sama.

Ahmed El Kalla, investor dari Mesir, berpendapat langkah pemerintah itu seperti melepas tembakan ke udara untuk menarik perhatian akan masalah itu. Rincian keputusan presiden, menurutnya, belum jelas. Ia memperkirakan imbas keputusan itu tidak akan banyak mengubah perusahaan pemula teknologi di kawasan Silicon Valley.

Industri teknologi Amerika itu bergantung pada insinyur asing dan pakar teknis lain dan mempekerjakan cukup banyak tenaga kerja dari luar.

Langkah itu, jelas guna mencegah ekstremis melakukan serangan di Amerika, kini bisa juga meningkatkan ketegangan antara pemerintahan baru Trump dan salah satu industri paling penting di Amerika secara ekonomi dan budaya. Imbas terutama terasa bila larangan Trump merambah ke izin pekerja sementara industri itu, dikenal sebagai visa H-1B, seperti dikhawatirkan sebagian orang. [ka]

 

Sumber:http://www.voaindonesia.com/a/perusahaan-teknologi-protes-keputusan-trump-soal-imigrasi/3697267.html